Kita pasti cukup sering melihat mobil berstiker keluarga "Happy Family" seperti foto di atas; ada sepasang orang tua dan anak-anaknya lengkap dengan nama panggilan mereka. Tak jarang juga stiker dibuat seolah mereka sedang bergaya dengan hobi mereka, entah anak laki-laki main bola, ayah dengan helm motornya, anak perempuan dengan bonekanya, dan lain sebagainya. Sejak pertama kali melihat, saya langsung berpikir, "Ini orang-orang pada ngga takut dijahatin orang apa ya?"
Namanya juga orang jahat ya, pasti ada seribu satu cara untuk mengeksekusinya, misalnya membuntuti mobil sampai ke rumah mereka, lalu keesokan harinya datang ke rumah itu dan mengaku-aku suruhan dari si anak yang sedang bersekolah untuk mengambil laptop yang "tertinggal" di rumah. Adegan lain misalnya, setelah mengetahui nama panggilan si anak, keesokan harinya si penjahat membuntuti sampai sekolah dan menculiknya. Pemikiranku terlihat lebay mungkin ya, tapi sekali lagi namanya orang yang sudah punya niat jahat, pasti punya seribu satu cara untuk melancarkan rencananya.
Masih berhubungan dengan penyebaran informasi pribadi kita maupun keluarga, beberapa hari lalu aku membaca twit yang menurutku bagus dan bisa dijadikan pengingat untuk kita semua.
Nah, salah satu hal yang kucoba tidak lakukan adalah banyak mengunggah foto atau video anak. Sulit memang, apalagi anak lagi dalam fase perkembangan yang "updateable" untuk media sosial. Ditambah lagi banyak teman yang sekarang jadi "insta-mommy". Tidak dipungkiri rasanya ingin ikut mengunggah kegemasan anakku.
Dari awal hamil aku memang sudah berjanji untuk tidak terlalu meng-update tentang anak di media sosial terutama instagram post dan instagram story. Karena aku sendiri sempat mengalami masa-masa, "Ni orang pasti ng-upload anaknya. Ini pasti juga. Lah yang ini juga ternyata. Buset isinya kenapa jadi bayi semua ya??" Daaan.. setelah membaca twit Socio Geeks tadi, aku semakin yakin untuk tidak mengunggah foto dan juga nama anak di sosial media. Apalagi nama lengkap (yang biasanya disertai dengan artinya). Big no buat aku. Nama lengkapku bisa jadi sudah beredar di internet. Kalau aku bagikan nama lengkap anakku juga, masa depan (minimal) akun bank anakku dipertaruhkan. Pasti pernah kan, ditanya nama ibu kandung waktu menghubungi CS bank untuk proses verifikasi? Nah, hal ini lah yang aku hindari penyalahgunaannya terjadi pada anakku kelak.
Kita nggak pernah tau siapa yang akan berbuat jahat pada kita. Tapi paling tidak kita sudah melakukan pencegahan. Jadi kalau ada apa2, kita bisa mengeliminasi salah satu kemungkinan penyebab kejahatan yang asalnya dari sosial media kita.
No comments:
Post a Comment