25 November 2018

Asteriska - Khayalku

Kamu sedang bete?
Ada masalah?
Menghadapi hari yang berat?

Kalau musik adalah salah satu pelarianmu, maka coba deh dengarkan satu nomor miliknya Asteriska dari album Past Possessions, Khayalku, berikut ini.



Asik banget yah lagunya. Suara Jeng Asteriska yang eksotis, terdengar seperti alto tapi asik saat lengkingan membuat lagu ini sangat ear-catchy, mudah dihafalkan terutama dengan harirnya beberapa bagian "aaaa.." yang mengiringi melodinya bisa banget dibuat sing along kalau lagi nonton konsernya. 

Di album Past Possesions, lagu Khayalku ini adalah satu-satunya lagu berbahasa Indonesia. Lagu-lagu lain pun nggak kalah asik sebetulnya, tapi untukku pribadi Khayalku bisa banget bikin auto-santai suasana hati. 

Buat yang penasaran lagu-lagu lainnya, bisa dengarkan lagu-lagu Asteriska di album Past Possessions lainnya di sini. 

Belajar Lagi Menjelang...

Sebagai anak tunggal yang dibesarkan tanpa melihat sosok adik kecil apalagi bayi, aku merasa sangat sangat minim pengetahuan tentang dunia perbayian. Padahal, kalau secara hitungan kalendernya Pak Dokter insya Allah sekitar 1,5 bulan lagi aku akan mulai memasuki lembaran baru; mengurusi bayi. Takut? Oh tentu tidak. Panik? Nah, ini nih.. 

Pengalamanku (berusaha) menghadapi anak kecil tidak berjalan mulus dan lumayan membuat trauma, sejujurnya. Pengalamanku itu berawal dari semasa sekolah dulu (kalau nggak salah zaman SMP), sewaktu ada acara pesantren kilat yang mengharuskan kita menginap di salah satu pesantren. Anak dari salah satu guru (atau penjaga?) pondok ada yang masih balita. Berusaha ramah lah aku ke dia, dengan girangnya menyapa, "Haaaaaalooooo.." Seketika, anak itu langsung lari menjauh dan menangis! Apa aku terlalu seram? T_T

Pengalaman kedua, terparah sih menurutku, adalah semasa SMA. Di lift sebuah mall, masuklah seorang suster menggendong bayi putih sipit nan lucu. Dengan pedenya langsung aku goda anak itu. Yaaa cuma ala-ala ci-luk-ba biasa padahal. Tidak menunggu lama, raut wajah si anak lucu itu langsung berubah dan ia menangis sejadi-jadinya. Yassalaaam.. Mampus lah aku. T_T

Dari dua pengalaman buruk dengan anak kecil itu, aku jadi nggak mau kepedean mendekat ke anak kecil. Kalau ada jenis orang yang suka anak kecil sampai bisa sebegitu akrab dan ramahnya dengan anak kecil, mungkin aku adalah jenis yang sebaliknya. Aku sudah nggak pede duluan dan skeptis akan bisa diterima dengan baik oleh mereka. Yaaa daripada malu-maluin kan. Beda lagi kalau main dengan anak kisaran umur 4-6 tahun, justru mereka biasanya nggak mau lepas karena.. hehehe.. aku terbawa frekuensi mereka dan malah mirroring kelakuan mereka. Hihihi

Nah, dari segala kekhawatiranku tentang perbayian ini, akhirnya mulai beberapa minggu lalu aku mulai mencari referensi sana-sini dan akhirnya menemukan buku yang menurutku sesuai. Ini dia, The Baby Book, karangannya William, Martha, Robert dan James Sears. Sebetulnya ada juga yang sudah aku download tapi belum terlalu banyak kubaca, yaitu Ina May's Guide to Childbirth. Dari kedua buku itu aku lebih cocok baca yang The Baby Book karena bahasa penyampaiannya yang sangat mengalir. Rasanya seperti diajak ngobrol langsung sama para penulisnya.



Buku The Baby Book ini menurutku cukup lengkap, mereka membahas mulai dari persiapan persalinan, persiapan parenting, bonding, gambaran tentang cara menidurkan bayi, bahkan sampai cara menolong anak saat terjadi keadaan emergency. Sebagai anak yang tidak pernah melihat tumbuh kembang bayi secara langsung, aku pribadi merasakan suasana yang menyenangkan saat membaca buku ini. Para penulis menggambarkan setiap step dengan sangat baik. Nggak heran, karena William sendiri adalah dokter spesialis kandungan dan istrinya, Martha, adalah bidan dan mereka telah memiliki 7 orang anak kandung dan 1 orang anak angkat yang mereka dampingi juga waktu sang ibu melahirkannya. 

Beberapa pengetahuan tentang persalinan juga mulai aku cari lewat Youtube, salah satunya kanal milik Bidan Yessie dari Bidan Kita. Yoga pun sempat sekali aku coba, mencontoh gerakan di Youtube. Tapi apalah daya, karena memang jarang gerak, badan rasanya jadi remuk semua. Hahaha. Semoga setelah ini nggak kapok lagi lah ya. Dan semoga pencarian ilmu ini juga nggak terlambat dan masih bisa terkejar. Yah, sekolah pakai metode akselerasi aja bisa kok ya, hihihi. Wish me luck! :D





11 November 2018

Pengalaman USG 4D di Surabaya

Sekali-sekali bikin tulisan yang berfaedah tentang kehamilan lah ya.. hehehe


Minggu ini usia kehamilanku memasuki minggu ke-28 alias bulan ketujuh. Selayaknya mak-mak lain dan juga trend yang bertebaran di sosial media, pasti kepingin dong USG 4D untuk melihat tubuh si dedek dengan lebih jelas pluuus tebak-tebak buah manggis kira-kira wajahnya lebih mirip siapa. Jadilah minggu ini aku browsing dimana tempat USG 4D yang aman (di kantong).

Dari beberapa hasil studi di UGM (Universitas Google Mandiri), ada 2 pilihan tempat yang nggak terlalu jauh dari tempat tinggalku saat ini (daerah Bratang Gede, Surabaya) yaitu Graha Masyithoh dan Klinik Kehamilan Sehat. Aku bahas satu-satu ya..


1. Graha Masyithoh

Alamatnya di Jalan Menur Pumpungan, tepat di sebelah Apartemen Gunawangsa Manyar. Di sana ada praktek dokter SpOG terkenal, dr. Harris, dan partner-nya dr. Yusuf. Berikut ini detail jam prakteknya:



Meskipun tersedia layanan Whatsapp, tapi mereka tidak melayani pendaftaran via Whatsapp 1 hari sebelumnya. Jadi pendaftaran dan pemeriksaan harus dilakukan di hari yang sama. 

Nomor Whatsapp: 0817 559000 

Biayanya sendiri aku belum sempat bertanya-tanya lebih jauh. Namun (lagi-lagi) berdasarkan hasil studi UGM di sini, untuk pemeriksaan dan USG 4D biayanya IDR 160.000,- (per Oktober 2017)


2. Klinik Kehamilan Sehat

Klinik ini sekilas tidak begitu nampak dari jalan, ciri-ciri bangunannya adalah (saat ini) pagar cat hijau dengan papan nama dr. Amir Fahad, SpOG. Ancer-ancer lokasinya ada di seberang Bandeng Juwana, lebih tepatnya di Jalan Ngagel Jaya Utara no. 96, hanya berjarak sekitar 500 m dari lampu merah (karena jalannya searah jadi lampu merah yang aku maksud cuma ada satu itu aja ya..)

Kebetulan aku memilih klinik ini karena jaraknya lebih dekat dari tempat tinggal dan pendaftaran bisa dilakukan kapanpun selama masih berada di bulan yang sama melalui Whatsapp. Aku pun baru mendaftar di H-1 dan diberi arahan untuk datang sekitar jam 10.00 - 10.30 keesokan harinya. Untuk jadwalnya sendiri bisa ditengok di http://kehamilansehat.com/kehamilan-sehat-surabaya/.

Nomor Whatsapp: 0812-3885-3880

Secara keseluruhan, aku puas dengan pelayanan dan fasilitas kliniknya. Begitu datang, aku disambut petugas pendaftaran dengan ramah. Prosedur standar seperti timbang dan cek tekanan darah juga langsung dilakukan dengan cekatan. Selanjutnya aku disuruh menunggu dokter di ruang tunggu yang nyaman ber-AC. Di sana ada fasilitas seperti TV dan dispenser. TV nya sendiri ada dua; yang satu untuk menyetel acara stasiun TV biasa, yang satu lagi berisi edukasi tentang kehamilan dan reproduksi, membuat waktu menunggu kita jadi lebih berfaedah.

penampakan meja pendaftaran
di samping meja pendaftaran disedikan "sajen" buat yang kepingin ngemil
penampakan ruang tunggu yang nyaman + TV untuk menyetel acara TV swasta

tampak depan ruang periksa + TV yang berfungsi untuk sarana edukasi

jangan khawatir kehausan


Oh iya, meskipun kita sudah mendaftar lewat Whatsapp, tapi kita tidak akan mendapatkan nomor antrian. Jadi aku sarankan sebaiknya datang lebih awal karena nomor antrian akan didasarkan pada urutan kedatangan. 

aturan mainnya nih..

Tibalah saatnya giliranku masuk ke ruang periksa. Di dalam ruang periksa yang cukup luas, ada sofa untuk bumil dan pengantar, peralatan USG dan juga kamar kecil. Aku pribadi suka dengan konsep sofa ini karena membuat konsultasi antara bumil dan dokter jadi terasa lebih santai, seperti ngobrol-ngobrol biasa. Sayangnya selama di dalam ruang pemeriksaan kita sama sekali tidak boleh merekam atau memfoto. Setelah ngobrol singkat, aku dipersilakan berbaring di tempat tidur periksa. Seperti biasa, perut dioles-oles dengan cairan dingin transparan dan mulailah proses USG.

Dokter yang memeriksaku tampak masih muda. Dan dengan ceplas-ceplosnya dia mengatakan bahwa posisi bayi masih sungsang padahal di usia 7 bulan posisi kepala harusnya sudah di bawah (seketika raut wajah Rizal langsung muram). Selain itu ia juga mengatakan bahwa bayiku agak kelebihan berat badan (padahal perasaan cuma kelebihan 2 ons, hiks). Dokter melanjutkan dengan pemeriksaan detak jantung, diameter kepala, jenis kelamin dan kelengkapan organ. Ia juga menyarankan agar aku lebih banyak jalan, melakukan posisi sujud atau nungging-nungging supaya bayinya segera berputar sebelum terlambat. #DHUARRR

Karena posisi bayi yang belum turun, wajah tertutup tangan dan bagian depan badannya tertutup (kalau tidak salah) plasenta, akhirnya dokter memutuskan untuk belum mencetakkan hasil USG 4D-nya. Jadi aku dan Rizal di sana hanya bisa menyaksikan langsung tanpa boleh direkam sama sekali. Sabar sabar.. Semoga seminggu-dua minggu lagi posisi si Adek sudah turun dan lebih leluasa untuk di foto yaa, amiiiin..

Setelah selama ini berkonsultasi dengan dokter senior yang kalem dan saran-sarannya super menenagkan, rasanya sempat kaget juga dapat dokter muda yang super ceplas-ceplos. Kalau si bumil adalah tipe pemikir, bisa jadi pulang dari klinik malah stress gara-gara divonis "sungsang". Aku pribadi sih berpikiran positif dan mengambil saran baiknya, bahwa aku harus sering-sering jalan kaki dan melakukan posisi sujud atau nungging. Berbeda dengan Rizal yang seketika bete dengan si Dokter yang menurutnya tidak memberikan rasa tenang sama sekali dan malah khawatir aku jadi berpikir yang enggak-enggak. Hehehe

Selesai diperiksa, kita dipersilakan menyelesaikan administrasi di ruang pendaftaran awal sekaligus diberi map yang berisi hasil periksa dan hasil cetak USG 2D. (foto menyusul)

price list per Mei 2018


Baiklah, demikian postingan yang (menurutku) cukup berfaedah selama kehamilan ini. Mohon doanya yah, semoga si Adek (dan emaknya) sehat selalu, dan terutama buat si Adek semoga segera berputar ke arah keluarnya nanti.. :D







04 November 2018

Senyumin Aja

Senyumin aja sambil bilang, “Ehehehehe iyaa..” Terus kabur tinggal pergi. 
Atau justru dibawa bercanda aja biar nggak tegang.


Itu adalah reaksiku ketika ada orang yang komentar:
  1. “Berapa bulan? Segitu bulan kok udah gede banget perutnya?”
  2. “Item banget lehernya?”
  3. “Mukanya kucel gitu ya..” atau bahkan, “Kamu kok belang?”
Permisi buibu pakbapak, saya juga bahkan ngga tau kenapa bisa beginiii.. :)))

Da aku mah cuma bisa pasrah aja yang namanya leher jadi menghitam, wajah kucel dan bruntusan, perut lebih gede dibanding wanita hamil kebanyakan. Ya mau diapain lagi, tiap wanita hamil pasti bawaannya beda-beda; ada yang makin cantik dengan 'pregnancy glow'-nya, dan ada yang makin kusam kayak aku. Yang terpenting saat ini adalah aku dan anakku sehat.

Ngomong-ngomong tentang komentar orang, aku jadi ingat waktu di awal kehamilanku yang waktu itu baru jalan sekitar 3 bulanan. Ada teman kuliah (yang bahkan waktu itu kami belum resmi berkenalan), tiba-tiba berkomentar, “Kamu hamil Mbak? Anakmu pasti cowok nanti, soalnya kamu jelek.” Hmmm mbak, kita baru ketemu di sini loh.. Emang tau dulunya aku kayak gimana? :)))

Waktu itu sih aku cuma menanggapi dengan frase sakti untuk berbasa basi “hehehehe” ditambah muka bingung. Asli bingung sih mau komentar apa, lha wong kenalan aja belum. Waktu itu perasaanku bercampur antara kesal dan bingung, tapi lebih banyak bingungnya. Kok bisa ya ada orang kayak gitu?? Apalagi orang itu sudah pernah hamil dan melahirkan lho. :)))

Sebetulnya tulisan ini ditulis tanpa tendensi dan emosi. Cuma ingin mengingatkan terutama pada diriku sendiri juga untuk nggak berkomentar negatif pada orang lain, mau itu orang hamil atau bukan, ke siapapun sebisa mungkin harus selalu komentar positif atau paling nggak komentar netral. Lagipula, nggak ada salahnya kok bahkan kalau kita nggak berbasa-basi atau berkomentar apapun ke orang lain. Hehehe

Di sisi lain, sebagai “korban” kita juga nggak perlu ambil pusing dan emosi terlalu berlebihan ketika ada orang yang berkomentar negatif langsung ke kita. Yang pertama, emosi jelas nggak berfaedah. Yang kedua, bisa jadi orang yang ngomentarin kita semenit kemudian udah lupa apa yang dia omongin. Kalau dia aja lupa, ya ngapain kita capek-capek emosi?

Terakhir, aku mau berbagi foto yang diambil sekitaran 3 minggu lalu waktu pernikahan sahabatku, Pipit. Di sini aku akhirnya merasakan yang namanya ‘pregnancy glow’. Ya iyalah, make-up nya pakai MUA gimana ngga 'glowing'??? :)))



And the laaast.. let me welcoming myself to the last trimester. 
Woohooo!!