28 October 2018

Old but Gold

Sekitaran satu setengah tahun lalu, aku pernah menangis sesenggukan di ruanganku yang kebetulan (untungnya) hanya ditempati aku sendiri. Penyebabnya, kartu pos dari Sheffield, UK bertandatangan sahabatku, Dhea, akhirnya sampai di kantor. Tiba-tiba aku merasa sangat sedih waktu membacanya meskipun kartu pos itu tidak berisi berita duka dan justru berisi pesan-pesan menjelang pernikahanku. Waktu pertama kali kartu pos itu datang, rasanya aku senang sekali dan sedikit norak, "Wah akhirnya kartu pos dari seberang lautan sampai juga". Namun saat membaca tulisan Dhea, aku nggak sanggup membendung air mataku. Semakin aku membacanya berulang kali, semakin menjadi pula tangisanku. Kemudian aku sadar, bahwa aku terlampau rindu pada sahabat-sahabatku. 

Salah satu hal yang mungkin aku sesali adalah kurang loyalnya aku pada acara kumpul atau main dengan mereka selama SMA sampai kuliah. Anak tunggal perempuan cukup banyak aturannya di rumah kala itu. Padahal lepas masa kuliah, kita belum tentu bisa kumpul bareng dengan pilihan waktu yang cukup fleksibel seperti dulu. Sampai sekarang pun sebagian sahabatku masih berkuliah di luar negeri, dan sebagian yang menetap di Indonesia bekerja di Jakarta. Kami "tercerai-berai".

Akhirnya sekitar 2-3 minggu lalu aku berkesempatan untuk kumpul kembali bersama mereka di pernikahan sahabat kami, Pipit, meskipun tidak lengkap. Tidak membuang-buang waktu, aku menghabiskan waktu dari subuh sampai isya dengan sahabat-sahabat perempuanku; mulai dari dandan bareng sampai gosip bareng. Meski sudah bertemu seharian penuh, selalu saja waktu terasa kurang. Yah, begitulah yang namanya sahabat lama. Waktu terasa nggak akan pernah membosankan bersama mereka dan selalu ada saja yang dibahas.

Kita tidak selalu dekat, kita tidak selalu bersapa di dunia maya, tapi sekalinya bertemu pasti guyonan-guyonan hangat itu tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.


Mencoba menghadirkan sahabat kami yang masih kecantol di Jerman #namanyajugausaha


Kangen sekali rasanya setelah lihat foto ini. :'(




21 October 2018

Kapal Udara - Seru dari Hulu (review)

Setelah masuk dunia kerja, terlebih (hampir) jadi emak-emak, rasanya cukup sulit untuk terus update pada perkembangan musik indie tanah air. Selain karena sempat ditempatkan di kota yang minim pertunjukan musik bahkan tidak ada toko CD-nya, pun tidak ada lagi teman atau circle yang rajin memberi rekomendasi. Pindah ke kota besar, harapanku adalah bisa nonton banyak konser mulai dari yang kecil-kecilan sampai yang besar sekalipun. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain; mulai dari jadwal kuliah di hari kerjasampai munculnya si Adek di perut. Dua kehendak Tuhan yang membuat aku lebih memilih memperbanyak waktu istirahat daripada beredar kemana-mana.



Bisa dikatakan, "perkenalanku" dengan Kapal Udara malam ini pun adalah sebuah ketidaksengajaan. Dengan kondisi kram perut yang masih muncul tak menentu, aku mengusahakan untuk bertemu dengan sahabatku yang jauh-jauh datang dari Jogja unuk jadi band pengisi acara di Sunday Market. Tak disangka, band pengisi setelahnya ternyata mencuri perhatianku meskipun hanya sempat mendengar dua lagu pertamanya saja karena kuharus mengibarkan bendera putih, nggak sanggup berdiri lama apalagi di tengah riuhnya manusia yang merokok di sana-sini.

Inilah pentingnya first impression; meskipun penonton mungkin tidak mendengar jelas lirik lagunya, tapi sebuah band harus memainkan musiknya dengan padu, rapi dan apik. Perpaduan itu yang menjadikan musik Kapal Udara sangat ear-catchy sejak pertama mendengarnya. Inilah yang menjadi modalku untuk browsing dan langsung memberanikan diri menulis review tentang album Seru dari Hulu.

Album, atau yang mereka sebut dengan EP, ini berisikan lima lagu dan telah rilis sekitar Desember 2017 lalu. Di Sunday Market tadi, sekilas aku bisa merasakan hawa-hawa The Trees and the Wild (TTATW) lewat musiknya yang rancak dan suara vokal yang saling bersahutan dengan padu. Melodi gitar yang juga bersahutan pun membawa hawa yang sama, ditambah naik-turunnya ritme lagu yang dibuat sangat pas, menjadikan lagu-lagu Kapal Udara ini masuk ke tipe-tipe musik yang bisa mengajak pendengarnya bergoyang ringan, menggerak-gerakkan kepala ke kiri-kanan, bahkan headbang santun (apa coba???). Ya maksudnya beda sama headbang keras ala musik metal dan sejenisnya gitu, hehehe. Mungkin musik-musik ber-genre folk ini sudah banyak digarap oleh band-band yang berasal dari Bandung, Jogja atau Jakarta. Yang menurutku spesial dari Kapal Udara adalah mereka berasal dari Makassar. Kota yang kalau secara kemiripan, mungkin lebih mirip dengan Surabaya yang panas karena terletak di tepi laut sehingga (berdasarkan kesotoyanku) seharusnya musisi di sana lebih banyak menelurkan musik-musik beraliran rock dan sebangsanya.

Lagu-lagu dalam EP ini mereka beri judul yang unik dan menurutku sarat akan kearifan lokal; Menyambut, Melaut, Menanam, Menari, Merantau. Mendengar lagu mereka berulang ditambah membaca liriknya (di sini), membuatku sadar bahwa liriknya pun menjunjung tinggi kelokalan. Adanya sisipan puisi di lagu Menyambut, misalnya, pada kata-kata "Setelah jauh tuan berlayar, memberi gelar dan seribu kabar. Berkumpulah para saudagar, mohon urusan sekiranya lancar". Dilanjutkan dengan lagu kedua, Melaut, yang diawali samar suara debur ombak, seketika di pikiranku benar-benar tergambar adegan kapal phinisi mengarungi lautan. Lagu ketiga, Menanam, dengan tempo yang lebih pelan, seketika membawa anganku ke perjalanan melewati daerah yang subur dengan areal persawahan yang membentang luas di pagi hari sekitaran pukul 5.30 pagi saat mentari mulai menyingsing. Namun liriknya ternyata sarat makna adanya alihfungsi lahan, sepenangkapanku. Sedih ya. Tapi ini salah satu cara cerdas dari musisi untuk menyuarakan perasaan ibanya. Selanjutnya lagu berjudul Menari, salah satu favoritku, karena padu suara mereka sungguh apik dan ciamik berpadu dengan melodi gitar bersahutan, apalagi saat mendengarkan versi unplugged-nya di Youtube. Di lagu terakhir, Merantau, liriknya meski tersirat namun rasanya masih sangat relevan bagi para perantau yang ingin kembali pulang selamanya namun hati masih dipenuhi keraguan. Dalama sekali maknanya.

Di awal aku sempat mengatakan bahwa sekilas musik Kapal Udara mirip TTATW. Aku sejujurnya langsung teringat video musik lagu mereka yang berjudul Malino yang bertajuk Dua Tiang Tujuh Layar, yang bercerita tentang masyarakat pembuat phinisi. Perbedaan antara musik TTATW dan Kapal Udara sendiri adalah, Kapal Udara terasa lebih ringan, sangat mudah dibuat bergoyang ringan sejak pertama mendengarnya. Perbedaan lain tentunya mereka asli tanah Daeng, seperti judul lagu TTATW Malino yang merupakan dataran tinggi di Sulawesi Selatan, sehingga musik dan melodinya kental dengan nuansa musik tradisional daerah terutama pada melodi gitar yang dibuat bersahutan dengan sangat bersahaja. Meski liriknya sarat akan perjuangan dan kemanusiaan yang cenderung kelam, tapi rasanya sangat asik mendengar lagu-lagu dalam album ini untuk injeksi semangat di pagi hari, atau bahkan selama perjalanan luar kota apalagi saat melewati pemandangan persawahan, tepi pantai, atau hutan. Perasaan sama yang kurasakan saat berulang kali mendengarkan album "3 Hari Untuk Selamanya" milik Float di tengah perjalanan.

Aku tidak mau menikmati band "berbahaya" ini sendirian. Kalian harus coba dengarkan juga ya, karena Seru dari Hulu tak hanya seru di hulu saja, tapi juga di tempat kalian berpijak sekarang.









14 October 2018

Akhirnya Satu KK!!

Setelah setahun lebih menikah, aku dan Rizal masih memiliki KTP dengan alamat berbeda. Selama setahun lebih ini pun kami selalu membawa buku nikah kemanapun kami pergi teruama saat keluar kota. Apalagi setelah dengar cerita orang tuaku saat terpaksa mencari penginapan di sela-sela perjalanan mudik pertama mereka. Bukannya beristirahat dengan santai, mereka malah sempat ditolak karena nggak bawa buku nikah. Padahal sudah pamer cincin kawin bergrafir nama pasangan lho, tapi penjaganya tetap nggak percaya. Nah, selain itu, aku dan Rizal khawatir kalau kedepannya akan ada kesulitan entah saat mengurus akta kelahiran anak maupun KIA (Kartu Identitas Anak). Jadi mumpung belum hamil tua dan kondisi lagi (alhamdulillah) fit, akhirnya aku memutuskan cuti 1 minggu penuh untuk mengurus KK dan KTP di Jogja.

Setelah minggu sebelumnya Rizal berjuang mengurus Surat Keluar (kurang lebih sebutannya begitu) di Banyuwangi, minggu ini kami mengurus Surat Masuk di Sleman sebagai modal pengurusan KK dan penggantian KTP baru. Untuk Surat Keluar Banyuwangi, kurang lebih Rizal menghabiskan waktu 2,5 hari karena ternyata harus mengurus SKCK juga. Sedangkan untuk pengurusan Surat Masuk di Kantor Kecamatan dengan meminta Surat Pengantar dari Ketua RT, RW, Dukuh dan Lurah terlebih dahulu, sekaligus mengurus di Dispendukcapil Sleman, hanya membutuhkan waktu satu hari saja! Aku mulai pengurusan dari sekitar jam 09.45 pagi sampai jam 02.30 sore. Dan di waktu satu hari itu pun aku sudah mendapatkan KK dan KTP baru sekaligus. Woohooow!

Alhamdulillah berkat KK dan KTP beralamat sama kami resmi jadi keluarga beneran :))


Rasanya salut dengan kondisi birokrasi yang sudah mulai memangkas waktu pengurusan. Kelancaran ini juga nggak akan terjadi tanpa bantuan dari salah satu petugas di Kantor Kecamatan.Waktu itu aku sempat lihat di meja pelayanan ada tulisan "blanko e-KTP habis". Eh, tiba-tiba si Bapak Petugas keluar dengan membawa form pembuatan KTP (entah itu blanko yang katanya habis atau bukan) dan menawarkan pembuatan e-KTP sekaligus, sembari menunggu KK selesai dicetak. Meskipun awalnya sempat menyanggupi pencetakan KTP baru selesai dalam 2 minggu, namun ternyata KTP bisa dicetak di hari yang sama dan hanya dalam hitungan menit. KK pun begitu. Sempat diberi pesan Pak Dukuh bahwa pengurusan KK bisa makan waktu sampai 5 hari, eh ternyata dalam hitungan menit pun bisa selesai di Kantor Kecamatan. Yang penting semua berkas sudah lengkap dan data-data yang diisikan di formulir KK dan formulir KTP sudah sesuai semua. Karena (sepertinya, berdasarkan kesoktahuanku) seluruh data penduduk sebetulnya sudah terintegrasi secara online, jadi kalau nomor KTP dan seluruh data yang diisi sudah benar, petugas akan lebih mudah melakukan verifikasi dan menerbitkan KTP baru.

Inti alurnya sih kita harus mengurus Surat Pindah Penduduk untuk mendapatkan KK baru, baru kemudian bisa mendapatkan KTP dengan alamat yang sama. Surat Pindah Penduduk pun harus diurus dengan mendapatkan Surat Keluar dari tempat asal dan diserahkan ke tempat tujuan untuk mendapatkan Surat Masuk (semacam surat izin menjadi penduduk di tempat yang baru), barulah kita bisa mengurus KK dan KTP baru. Lebih lengkapnya aku bahas minggu depan yaa..


Pada akhirnya cuti seminggu tidak dihabiskan hanya untuk mengurus KK dan KTP saja seperti bayanganku sebelumnya tentang keribetan proses birokrasi dan administrasi. Cuti kali ini lebih berfaedah karena aku jadi punya banyak waktu untuk istirahat total setelah UTS yang cukup bikin keriting, nostalgia jalan-jalan 'selaw' sama mama dan Rizal, dan tentunya kangen-kangenan dengan sahabat-sahabat SMA. Akhir kata, terima kasih Pak Petugas Kecamatan yang paling gercep se-Sleman! Terima kasih telah membuat cutiku jadi lebih berarti ya, Pak.. :D







02 October 2018

Letter for You (part 3)

It's been a while since my last writings about you. I'm sorry for being too busy and not writing about you, even forget to consume the vitamins; I have to make a daily reminder anyway. 

In this fifth month, I can feel you moving, and sometimes kicking, more actively. I feel it cute and funny at the same time. I was actually feel your movement since around a month ago, but I thought that was just a wind circling inside my tummy. I was confused at first whether it's just my feeling or it's you really moving. But now, feeling you moving down there makes me feel accompanied.

I can't guess your movement especially the timing. It's sometimes before I go to bed or when I feel so full after eating (are you trying to tell me that you're squeezed down there?? Hahaha).  Sometimes when I need to be awake late at night, finishing my tasks or campus assignments, you keep moving like wanna tell me to stop and rest. Oh you're so funny, my Dear.

Beside your movement, you also turn me into an eating monster. I eat in normal portion, but then 2 hours later I already feel so hungry, just like right now when I'm writing this (I eat nasi pecel at 11  am. and hungry at 1 pm.). Well, I think we cooperate well. I can eat a bit more than usually I am or ask for sweet treats, and telling anyone that it's you who actually wants it. :p

Well my Dear, be healthy and take care down there. See you in 3-4 months.
Love you.. :)