30 September 2018

Kunto Aji - Mantra Mantra (review)

Kurang lebih 2 mingguan yang lalu, sesaat setelah rilis di Spotify dan diunggah seorang temanku lewat IG Story, aku langsung mendengarkan album ini. Sekitaran subuh lebih tepatnya, waktu aku menyelesaikan pekerjaan yang diambang deadline. Belum terlalu mendengarkan detail liriknya, tapi alunan musiknya begitu syahdu dan cocok dengan suasana subuh yang masih tenang.

Baru sekitar tiga harian ini aku mendengarkan dengan seksama bait-bait yang ada di Mantra Mantra, dan harus kuakui bahwa Kunto Aji adalah seorang yang brilian. Bagaimana bisa ia menggabungkan nada-nada yang minor dengan suasana n-Danilla namun tidak menggalaukan, ditambah syair yang justru syarat akan kata-kata motivasi yang tidak cheesy?


Album ini dibuka dengan Sulung yang berdurasi kurang dari dua menit dengan nuansa musik ambient dengan lirik singkat berulang, "Cukupkanlah ikatanmu.. relakanlah yang tak seharusnya untukmu.." dan dihiasi gitar genjrengan gitar akustik menjelang akhir lagu yang menaikkan suasana dengan kata-kata pamungkas, "yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri". Sepertinya diperuntukkan bagi orang-orang yang belum bisa move on dari apapun untuk berhenti mengharapkan apa yang bukan miliknya dan tidak semestinya terus-menerus dipikirkan. :)

Masih dengan nuansa ambient bertempo lambat, Rancang Rencana menyambut di lagu kedua. Potongan syair, "Dalam kuingat, suara terdengar, jangan berubah, jangan berubah," seperti mengajak kita untuk menjadi diri sendiri (mungkin) ketika kita sedang akan menyingkap takdir, seperti kata Kunto Aji. Lagu ketiga, Pilu Membiru, adalah lagu patah hati. Cukup menyayat bagi siapapun yang sedang berjuang keluar dari jurang lara. "Tak ada yang seindah bola matamu, hanya rembulan. Tak ada yang selembut sifatmu, hanya lautan". Selamat menyayat diri.

Topik Semalam jika ditilik dari liriknya sebenarnya cukup menggelitik karena.. Yah, mungkin kejadiannya sedang banyak ya di sekitar kita; ada cewek mempertanyakan kejelasan masa depan mereka ke cowoknya, sementara mungkin cowoknya masih punya banyak rencana yang harus diselesaikan. "Jika kau bisa bertahan menungguku di sini, ku pastikan engkau bahagia.." Tampak meyakinkan. Sampai muncul syair, "Kau jangan takut, meski semua masih di kepala". Duarr! 

Lagu keempat, my personal favorite, Rehat. Dalam sekali maknanya untuk aku pribadi, apalagi saat didengarkan sambil berkontemplasi, sendirian. "Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu.." adalah sepotong lirik penghibur, "...biarkanlah semesta bekerja, untukmu." penyemangat dan juga pengingat bahwa bagaimanapun dan sebaik apapun yang kita kerjakan, kita tetap harus membiarkan semesta (atau Tuhan) mengambil alih bagian-Nya. Adanya bagian solo piano lepas menit ke 3.10 mengajak kita untuk tenggelam lebih dalam pada ketenangan batin sembari mendengarkan batin yang berbicara pada pikiran, "Wis, ojo ngoyo.."

Bagi para perantau yang sedang berjuang di Jakarta, lagu kelima barangkali sangat bisa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari sejak di pembuka lagu, "Dalam hati aku selalu ingin beranjak pergi. Kota yang sama yang membuatku tegak berdiri. Hingar bingar sudut jalan yang takkan pernah mati. Kota yang sama yang membuatku merasa sepi." Menggambarkan Jakarta, Kunto Aji memainkan dinamika lagu dengan sangat cantik dengan tempo cepat setelah bait pertama dan kembali melembut di akhir.

Konon Katanya, satu lagu yang sudah lebih dulu rilis di akhir 2017, sedikit banyak menggambarkan (atau menampar?) diriku sendiri kalau seandainya aku dengarkan sekitaran 5-6 tahun lalu saat proses pencarian jati diri. Waktu menghadapi early twenties' crisis gitu deh kalau kata orang-orang. Ada yang sedang merasakan juga?

Pertama kali dengar Saudede, yang aku pertanyakan justru arti judulnya sendiri. Berdasarkan hasil pencarian di Wikipedia, Saudede ternyata perasaan nostalgia yang mendalam atau rasa melankolia yang berkepanjangan pada seseorang atau beberapa orang yang merasa kehilangan orang yang dicintainya. BOOM! Meskipun aku pribadi belum bisa mengkorelasikan antara judul dengan liriknya, tapi nomor ini sangat nyaman dan menenangkan saat didengarkan. Akhirnya, album ini diakhiri dengan lagu Bungsu yang tampak seperti lanjutan dari lagu Sulung di awal.

Dari yang aku baca lewat beberapa artikel, ternyata  Kunto Aji cukup lama dan detail dalam mempersiapkan album ini. Selain menggandeng empat produser, ia juga berkonsultasi pada psikolog tentang masalah mental yang tidak melulu tentang depresi dan bunuh diri. Pada dasarnya album Mantra Mantra ini utamanya untuk menjaga kewarasan pendengar dan penggemarnya. Di beberapa lagu pun ia sengaja memasukkan frekuensi 396 Hz yang menurut penelitian bisa mengeluarkan racun atau pikiran negatif, sehingga membuat pendengar merasa lebih baik, lebih semangat dan lebih optimistis (hasil baca di sini).

Selamat untuk Kunto Aji, album ini adalah lompatan besar setelah album Generasi Y sebelumnya terutama dari tingkat kedewasaan dan kematangan karyanya. Dan selamat mendengarkan untuk sahabat-sahabatku yang penasaran (klik di sini).




23 September 2018

Skincare Tercocok 5 Bulan Ini

Hormon > Skincare ≠ Pregnancy Glow


Entah kenapa, lima bulan ini rasanya pakai skincare apapun rasanya nggak pengaruh ke tingkat ke-glowing-an wajah. Apalagi waktu masa-masa 3 bulan pertama, yang ada malah jerawatan dan beruntusan. Apa mungkin skincare-nya kurang mahal jadi susah menembus keganasan para hormon??

Jadi di awal kehamilan aku dan Didi sempat kembaran skincare lokal Indonesia yang sangat filosofis bin edgy, Sandara Jiwa. Bahan-bahan yang digunakan pun bahan organik jadi dijamin aman untuk ibu hamil. Selain itu, banyak review yang menyatakan cocok memakai produknya meskipun tidak instan. Waktu itu aku sempat mencoba Calendula Toner dan Forbidden Black Pitera Serum selama kurang lebih 1,5 bulan. Namun apalah daya karena memang kekuatan hormon lebih membabibuta dikala itu, yang ada malah beruntusan dan jerawatan. Pasukan Sandara Jiwa pun terkalahkan.

Sempat bingung dan nggak pede dong, karena rasanya muka jadi semakin kusam, berminyak, berjerawat yang intinya tidak layak tampil di permukaan. Sampai tibalah aku pada titik pasrah menanti sampai keganasan hormon ini mulai mereda dan putus asa nggak mau pakai skincare apapun. Di tengah kegalauanku, aku ingat kalau masih punya senjata andalan sejuta umat yang selama ini terlupakan: Aloe Vera dari The Face Shop. 


Produk ini umurnya mungkin hampir (atau sudah) sekitar 2 tahunan, dapat gratisan setelah beli BB Cushion + isi ulangnya. Sempat lama dianggurin karena nggak tau kegunaannya buat apa dan cuma dipakai sesekali setelah pulang dari pantai atau kepanasan. Ternyata oh ternyata.. Benar juga kata orang-orang kalau produk Aloe Vera semacam ini tuh memang sakti banget. Di bulan kelima kehamilanku, yang mungkin terbantu dengan menjinaknya para hormon juga, wajahku jadi jarang banget jerawatan dan sekarang sudah nggak begitu beruntusan. Aku pakai produk ini setiap habis mandi, kapanpun setelah cuci muka dan sebelum tidur. Tips dari Kak Yuwan yang cukup ampuh di aku adalah pakainya agak banyak sebelum tidur, jadi difungsikan seperti masker. Hasilnya, ciamik!

Nah, seminggu yang lalu aku sempat malas cuci muka; pulang kuliah udah capek, cuma bersihin muka pakai Micellar Water, tidur. Baru sekitar 2 hari seperti itu, ternyata muncul 2 jerawat di tempat yang cukup mencuri perhatian di wajah. Ternyata memang kebersihan wajah masih jadi hal yang harus diperhatikan, mengingat si hormon juga belum benar-benar hilang. Nah untuk prosesi double cleansing aku pakai Micellar Water dari Pond's yang super murah hasil iseng coba-coba (karena harga Bioderma semakin melangit huhuu.. Dan waktu itu tergoda coba karena Kak Yaya juga pakai hehe *yaiyalah kan dia BA-nyaaa*) Daaan dilanjutkan cuci muka pakai Cetaphil. Ngomong-ngomong soal Cetaphil, produk ini juga termasuk cukup mahal menurut aku. Tapi eh tapi, kita harus pintar-pintar cari celah, misalnya cari diskonan di online shop. Pengalamanku, Sociolla adalah salah satu yang cukup sering bikin program diskon dan bundling. Waktu itu aku beli Cetaphil segede bagong bonus 2 produk berukuran kecil (travel size) cuma seharga IDR 199.000. Selain itu, si bagong ini pun super hemat karena pump-nya bikin kita nggak menumpahkan cairan yang berlebihan seperti di produk yang ukurannya lebih kecil. 




Terakhir, yang wajib dipakai mau hamil atau enggak adalah tabir surya alias sunscreen. Sebelum hamil aku sudah cocok dengan produk Biore Aqua Rich ini karena menyerap cepat di wajah dan yang terpenting nggak bikin jerawatan.



Sebetulnya aku juga bukan orang yang terlalu pintar memilih skincare, apalagi aku orangnya males repot. Jadi prinsip utamaku adalah "yang penting cocok", yang berarti nggak bikin jerawatan dan bruntusan wajahku yang super berminyak ini. Kalau orang-orang biasanya berminyak cuma di T-zone, aku bahkan di O-zone alias seluuuuruh wajah (bikin istilah sendiri). Sebagai gambaran, aku adalah orang yang cukup boros pakai Oil Control Film (semacam kertas pengangkat minyak di wajah itu lho..). Biasanya belum jam istirahat siang bisa saja habis 2 lembar sekaligus sekali pakai. Super oily kan? Ditambah lagi wajahku cukup sensitif terhadap skincare baru, jadi aku nggak terlalu berani coba ini-itu. Jadi untuk skincare, aku nggak mau ambil risiko dan sepertinya masih akan bertahan dengan empat produk dasar itu sampai nanti ada dana urgensi lebih untuk pakai varian SK-II seperti waktu persiapan pernikahan dulu. Hihihi.







16 September 2018

The Last Goodbye..

Yah.. Lagi-lagi salah satu platform penyimpanan foto dan memori digital akan tutup buku untuk selamanya. Path, menyusul Friendster, akhirnya akhir minggu ini mengumumkan lewat postingan yang beredar di dunia maya, "The Last Goodbye".



Jujur aja, meskipun sudah nggak pernah aktif nge-Path selama sekitar 2 tahunan ini, rasanya tetap sedih kehilangan salah satu platform paling hits di zamannya, mungkin sekitaran tahun 2011 - 2015. Aku sendiri dulu aktif di Path di masa-masa akhir studi S1, sekitar tahun 2013. Selain itu Path juga yang menjadi saksi perjuangan skripsiku (mulai dari check-in di kafe, upload foto gelas kopi di samping laptop, foto-foto kelulusanku dan teman-teman), dan terutamanya saksi perjuangan daftar kerja sampai tahun-tahun awal ditugaskan di Banyuwangi. Aku bukan termasuk pengguna yang getol memanfaatkan fitur "wake up" dan "sleep" karena yaaa ngapain tiada berfaedah menurutku. Untuk ajang pamer waktu sering-seringnya jalan-jalan, aku cukup mengaktifkan "neighborhood" yang otomatis meng-update statusku jadi "Arrived at...."

Beberapa Moments yang sempat aku selamatkan (belum semua), akan aku bagikan di sini. Dengan harapan, semoga Blogger umurnya masih panjang yah.. AMIIIN (makanya rajin-rajin posting dong <-- kaca="" ngomong="" p="" sama="">


Masa-masa akhir S1-ku diisi dengan nge-band sana, nge-band sini. Karena pada dasarnya nggak punya band tetap (sebelum Boarding Room yang waktu itu sempat gabung kurang dari setahun), bahkan aku sempat memproklamirkan diri sebagai "loyal freelance vocalist" #yazek. Bersama Boarding Room, aku sempat ikut manggung di Semarang dan Purwokerto yang waktu itu jadi band pembuka untuk Adera. Selain itu, "prestasi" lain adalah jadi band pembuka untuk Banda Neiraaaa!! Band indie akustik yang saat itu lagi naik daun. :')




Selesai masa kuliah, masuk lah ke masa kerja yang diawali dengan Samapta, pelatihan ina-ini-ina-itu, main ke simulator pesawat di GITC, perpisahan dengan teman-teman sekosan yang lebih dulu dikirim OJT, dan sebetulnya masih banyak lagi Moments yang belum disimpan ulang.

Satu hal yang spesial di masa pelatihan itu adalah aku dan dua temanku berhasil ikut Pilpres di Jakarta dengan penuh keluh kesah. Rasanya waktu itu senang dan lega sekali setelah perjuangan kesana-kemari panas-panasan jalan dan naik angkot. Ini dia Moment-nya.



Masa-masa awal penempatan di Banyuwangi pun terekam di Path. Mulai saat pertamaku menginjakkan kaki di Bumi Blambangan, pengalaman pertama ditilang gara-gara naik motor tapi belum punya SIM C, makan di rumah makan yang notanya ditulis ala kaligrafi, terbang dengan ATR waktu Gunung Ijen sedang kebakaran hebat sampai hutannya cukup lama menghitam, momen tersedih saat laptop hilang, dan pertama kali main di Pulau Menjangan dan Pulau Tabuhan.



Path juga merekam masa-masaku berkumpul dengan sahabat-sahabat terbaikku. Beberapa foto diunggah sebelum aku merantau, namun tidak sedikit yang diunggah waktu kami sudah sama-sama tersebar di kota yang berbeda.




Dari banyak Moments, inilah beberapa Moments yang ingin aku "selamatkan":



Ini kenanganku dengan Almh. Iroh, salah satu sahabatku semasa kuliah. Mulai dari belajar bareng para suhu akuntansi waktu mengulang kelas Akuntansi 2 (kalau nggak salah), meet up di Jakarta setelah kelulusan, daaaan yang paling ajaib adalah nggak sengaja ketemu di Bandara I Gusti Ngurah Rai waktu aku mau balik ke Banyuwangi dan dia sedang transit dalam perjalanan ke Labuan Bajo. Ketemuannya cuma sekitar 10 menit, tapi ya ampuuun teriak-teriaknya mungkin bikin orang di sekitar ruang tunggu terganggu ketentraman batinnya. Hahaha, maklum.. Kangen banget!!


Mau tidak mau cara menyimpan foto di sosial media harus diakui masih sangat ringkih. Apalagi dengan banyaknya sosial media baru yang bermunculan. Sudah banyak sosial media yang kita percaya sesbagai penyimpanan memori berguguran, mulai dari MySpace, Friendster, dan sekarang Path. Paling aman saat ini mungkin penyimpanan di Cloud. Atau mungkin, justru cara jadul seperti mencetak foto dan menaruhnya di album?






















09 September 2018

Pengakuan


Tibalah aku di satu masa bahwa "berusaha tidak mengeluh itu memuakkan". 

Aku yang manusia biasa ini tentu punya perasaan lelah dan jenuh. Biasanya aku berusaha selalu "spread the positive vibes" terutama ke dalam diri sendiri. Jadi lebih ke arah memberi sugesti ke diri sendiri supaya nggak tambah capek. Tapi manusia tetaplah manusia. Berusaha tidak mengeluh dan menganggap semua baik-baik saja malah menambah lelah pikiran. 

I have to admit that juggling my time (and enegy) for these roles is not easy.


Terkadang aku berpikir, adakah yang salah dengan manajemen waktuku? Namun di sisi lain aku menghibur diri dengan, yah, aku hanya manusia biasa yang bagaimanapun caraku memaksimalkan waktu, dengan tugas dan kewajibanku saat ini, pasti akan ada yang terkorbankan; kita tidak bisa membahagiakan semua orang bahkan diri kita sendiri. 

Semoga aku masih kuat menjalani semua peran ini sekaligus menjadi manusia yang amanah. Karena bagaimanapun beberapa peran yang saat ini kujalani adalah pemberian Yang Kuasa dan pasti ada hikmahnya.


Ingin aku menuliskan panjang lebar tentang keluhanku, tapi aku khawatir akan semakin tenggelam dalam rasa lelah. Sampai tadi aku melihat ilustrasi di instagram @drawmama dengan tulisan "to feel is HUMAN". Itu yang menginspirasiku untuk "sedikit" berkeluh kesah di sini (setelah berdrama dengan diri sendiri; bikin draft keluh kesah sampai beberapa kali). 



Semoga setelah tulisan ini di-posting beban pikiranku jadi berkurang. :)




Cheers!


02 September 2018

Sebuah Fenomena..

Tujuan dari postingan ini adalah untuk mengenang salah satu keunikan (kalau tidak mau disebut keanehan) pasanganku sewaktu aku hamil. Karena pengalaman satu ini menurutku tidak biasa dan.. harus “direkam” ke dalam blog.

Seminggu yang lalu adalah masa-masa awal perkuliahan yang cukup berat buatku. Meski baru memasuki minggu kedua, tapi tugas-tugasnya aduhai sekali, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Hampir setiap malam sepulang kuliah aku begadang atau bagun subuh untuk menyicilnya. Rizal hampir selalu menemani meskipun kadang matanya sendiri sudah 5 watt. 

Rabu lalu, saat aku sedang mengerjakan tugas di depan laptop, Rizal yang sedang menonton TV sambil tiduran tiba-tiba tersentak, “Aku pengen seger-seger!” Waktu menunjukkan sekitar jam 10.15 malam saat itu. “Tak rujakan lah aku. Cari di mana ya mangga jam segini..” katanya sambil berjalan keluar kamar. Aku yang setengah shock dan masih berusaha memahami keinginan suamiku itu tidak begitu mempedulikan karena yaaa nggak mungkin aja dan aku berasumsi kalau keinginannya bisa ditunda sampai besok.

Lima belas menit berlalu, Rizal kembali ke kamar dengan menenteng 2 buah mangga muda. “Ok, apa yang selanjutnya akan diperbuat?” tanyaku dalam hati sambil mengernyitkan dahi dan sambil berusaha memfokuskan diri ke laptop. Mangga dikupas dan diiris. Nggak lama kemudian, ia mempersiapkan cobek, stok cabe dan petis seadanya di kulkas, dan mulai asik meracik dan mengulek bumbu petis. Semua dia lakukan sendiri tanpa ba-bi-bu. Sampai akhirnya, dinikmatilah mangga muda dicocol ke bumbu petis itu sambil sesekali kepedasan. “Huuuuh.. haaah.. enak..” katanya.

Istri sigap adalah istri yang selalu siap mengabadikan momen aneh pasangannya dan disebarkan melalui sosial media. Tidak menunggu lama, fenomena ini segera kurekam dan kuunggah ke IG Story. Tak kusangka, ternyata semua orang yang merespon postingan itu berkomentar sama: ngidam! Wow.. Baru kali ini aku mengalami dan menyaksikan sendiri apa yang diceritakan orang-orang tentang istri yang nggak pernah punya keinginan  aneh-aneh justru biasanya malah suaminya yang ngidam. Hahahaha

Bahkan kata Mbak Risma, saking cintanya suami ke istri, sampai-sampai ngidamnya istri juga diambil sama suami. Uuuu co cwit.. kalau bisa, ambil  juga tugas-tugas kuliah aku dong Sayaaaang :3