06 January 2019

Jalan-jalan Sembilan Bulan

Jadi gimana kabarnya yang sedang menjalani 1 minggu dari total 5 bulan Cuti Gravida? Yang jelas sih, bikin aku salut banget sama ibu-ibu rumah tangga karena pekerjaan mereka nggak ada habisnya, apalagi kalau disambi mengurus anak. Aku bisa bilang begitu karena justru seminggu penuh di rumah lah yang menyebabkan kakiku sering bengkak pertanda kecapekan karena terlalu ambisius ingin mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga dan lupa kalau si Utun sudah masuk bulan kesembilan di perut. Akhirnya sekitar 2-3 hari terakhir aku mulai menjadwal kegiatanku supaya tidak terlalu capek dan lebih banyak istirahatnya. Ya maklum lah, siang hari di rumah nggak ada temannya jadi maunya berkegiatan ini-itu biar nggak bosan, eh tapi malah kebablasan aktifnya hehehe.

Setelah seminggu berjibaku dengan kegiatan domestik, hari ini beberapa teman kampus "menculikku". Memang sudah sejak beberapa hari yang lalu salah seorang teman baikku berencana main ke rumah, tapi ya aku pikir hanya akan jadi cerita fiktif belaka. Eh ternyata pagi ini dia bersama empat temanku yang lain datang ke rumah dan mengajak sarapan bareng. Awalnya mau Go-Food saja, ternyata kami harus menunggu sekitar setengah jam sebelum si abang Gojek-nya berangkat. Hmm, mungkin baru bangun tidur. Akhirnya kami memutuskan cari makan di daerah dekat Pondok Candra, lebih tepatnya di Jalan Mangga II, namanya Kedai Mangga Dua. Wow! Nama yang sungguh bukan ketidaksengajaan ya! :))


Menu yang mirip Bu Rudy punya.

Mie pangsit dengan ayam yang bertaburan seperti bintang-bintang di langit.


Kalau dilihat-lihat, menu nasi udang empalnya mirip sekali dengan Bu Rudy. Dari hasil icip-icip tetangga, secara rasa pun juga nggak kalah. Nah kalau secara harga, yang di sini pastinya lebih miring daripada Bu Rudy. Hehehe. Aku sendiri hampir pesan nasi udang itu juga. Tapi entah mengapa aku lebih tertarik pada mie pangsitnya. Dan ternyata pilihanku tidak salah. Rasanya sesuai ekspektasi dan pangsit rebusnya pun juga nikmat. :3 Untuk harganya sendiri, kami makan berenam sudah dengan minum dan kerupuk puli 2 bungkus total IDR 159ribu. Cukup murah kan.. :D

Setelah sarapan, ternyata teman-temanku yang sangat impulsif ini mengajak piknik tipis-tipis. Pilihannya mulai dari Ekowisata Mangrove, Bukit Jeddih (Bangkalan), bahkan JOGJA atau SOLO! Kata mereka, sekalian nyoba tol baru yang katanya sih perjalanan ke Solo bisa ditempuh dalam waktu 2 jam saja. :))) Sebagai anggota piknik dengan kondisi khusus (dan mungkin yang paling waras :p) akhirnya aku minta ke Ekowisata Mangrove saja karena yang paling dekat jaraknya dengan tempat makan kita sekaligus dari daerah rumahku. 

Begitu sampai di sana ternyata wow, mobil dan motor yang terparkir bisa dibilang sudah cukup memenuhi lahan parkirnya. Dari tempat parkir utama, akhirnya kita memutuskan gas terus sampai ke tempat parkir (yang sebetulnya lebih tidak beraturan) yang lebih dekat dengan dermaga. Untuk biaya parkirnya sendiri bertarif IDR 10ribu. Di tempat inilah kami membeli tiket pergi-pulang untuk naik kapal menyusuri muara dengan pemandangan mangrove dan berhenti di kawasan lain yang berisi banyak pondokan kayu yang terhubung dengan jembatan-jembatan bambu.

Kapal yang cukup besar, muat lebih banyak orang dan bisa menampung penumpang di dek bawah.

Aku dan teman-temanku lebih memilih naik kapal motor yang model terbuka seperti ini supaya lebih bisa menikmati pemandangan (dan lebih mudah menyelamatkan diri kalau-kalau... :p)

Ini penampakan dermaga pemberangkatannya. 
Kalau ini penampakanku bersama para penculikku. 
Pingin mengabadikan momen jalan-jalan naik kapal bareng si Utun di dermaga tujuan.
The art of doing nothing di pondokan; tanpa sinyal hp, tanpa wifi, ditemani angin pantai yang bikin ngantuk, ditambah main ABC nggak jelas. :)))







Pada dasarnya membuat Ekowisata Mangrove di kota yang nyaris tidak memiliki wisata alam adalah ide yang bagus, namun sayang belum tereksekusi dengan baik, kalau menurut pendapatku. Ekowisata ini masih jauh kalau dibandingkan dengan BJBR di Probolinggo. Yah, mungkin karena perbedaan ketersediaan sarana-prasarana dan kontur alamnya juga ya. Saranku kalau diantara kalian mau ke sini, bawalah bekal yang banyak, bahkan lebih baik lagi kalau bawa nasi beserta lauk-pauknya (rantangan, misalnya). Karena begitu sampai di pondokan setelah berperahu ria, kalian tidak akan menemukan kafe atau penjaja makanan selayaknya di BJBR (lagi-lagi). Berapa lama sih kita bisa tahan hanya duduk, tidak melakukan apapun tanpa hp dan internet, dan juga tanpa makanan atau camilan? Paling hanya 15-30 menit sebelum benar-benar merasa jenuh.


Tapi secara keseluruhan sih aku senang sekali bisa jalan-jalan dan refreshing setelah "mengungkep" diri di rumah selama semingguan. Ditambah lagi guyonan dengan teman-teman cablak yang bikin perut makin kaku. Jadi makin happy deh! :D







2 comments: