20 January 2019

Instagram Detox

Hari ini tepat 4 hari sudah aku logout dari aplikasi Instagram (IG). Dan terbukti, ternyata aku baik-baik aja loh tanpa ber-IG ria. :D

Mungkin pada bertanya-tanya (pede banget kayak ada yang nanyain wkwk), kenapa aku istirahat dari dunia IG dan gimana rasanya. Kalau kenapanya, aku merasa selama tiga minggu cuti gravida ini rasanya makin ke sini hidupku makin kurang produktif. Tangan nganggur dikit, yang dibuka IG. TV dinyalain, yang diliat IG. Bahkan bangun tidur buka mata habis cek jam, langsung liatin IG dulu baru beraktivitas. Lama-lama ngerasa kalau hidupku isinya IG-an terus dan makin jauh sama salah satu resolusi 2019-ku.

IG menurutku adalah suatu wadah berkreasi bagi banyak orang yang bisa dinikmati orang lain, baik dari postingan foto ataupun dari video di IG Story dan IG TV. Tapi kalau penontonnya nggak bijak (kayak aku), rasanya malah semacam disetir sama IG. Pasti ada perasaan, "eh tadi si A update sesuatu kelanjutannya gimana ya?" Atau, "eh perkembangannya blablabla gimana ya?" Dan kalau di aku pribadi salah satunya adalah, "eh kabar teman-teman kantor gimana ya?" 

Gongnya adalah saat kuota 15 GB habis hanya dalam waktu sekitar 5-6 hari saja! Karena kuota Youtube ada sendiri, jadi bisa dipastikan kalau 15 GB itu mayoritas habis di IG. Kok nggak pasang wifi atau top up kuota aja?? Betul itu bisa jadi jalan keluar, tapi justru nggak ada sisi edukasinya buat diriku sendiri. Masak udah sadar kalau konsumsi media sosialnya berlebihan tapi malah makin dimanja? Ibaratnya orang sudah obesitas, pas lagi lapar nggak dikasih nasi+lauk tapi malah dikasih camilan terus menerus.

Nah selanjutnya, gimana sih rasanya lepas IG selama 4 hari ini? Masih hidup sih, meskipun memang tidak dipungkiri dalam hati kecil merasa ada yang hilang dan merasa nggak update dengan kehidupan teman-teman. Tapi sisi baiknya, aku jadi minim distraksi buat persiapan melahirkan, misalnya jadi lebih banyak baca dan browsing tentang perbayian. Dan tentu saja (karena mama juga sudah standby di sini), aku jadi lebih produktif masak memasak. Di postingan selanjutnya aku akan bahas salah satu masakan turun temurun yang ternyata super gampang meskipun harus memakai "bumbu jangkep". Lumayan lah ya, salah satu resolusiku ada yang bisa dicentang. :D

No comments:

Post a Comment