Kurang lebih 2 mingguan yang lalu, sesaat setelah rilis di Spotify dan diunggah seorang temanku lewat IG Story, aku langsung mendengarkan album ini. Sekitaran subuh lebih tepatnya, waktu aku menyelesaikan pekerjaan yang diambang deadline. Belum terlalu mendengarkan detail liriknya, tapi alunan musiknya begitu syahdu dan cocok dengan suasana subuh yang masih tenang.
Baru sekitar tiga harian ini aku mendengarkan dengan seksama bait-bait yang ada di Mantra Mantra, dan harus kuakui bahwa Kunto Aji adalah seorang yang brilian. Bagaimana bisa ia menggabungkan nada-nada yang minor dengan suasana n-Danilla namun tidak menggalaukan, ditambah syair yang justru syarat akan kata-kata motivasi yang tidak cheesy?
Album ini dibuka dengan Sulung yang berdurasi kurang dari dua menit dengan nuansa musik ambient dengan lirik singkat berulang, "Cukupkanlah ikatanmu.. relakanlah yang tak seharusnya untukmu.." dan dihiasi gitar genjrengan gitar akustik menjelang akhir lagu yang menaikkan suasana dengan kata-kata pamungkas, "yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri". Sepertinya diperuntukkan bagi orang-orang yang belum bisa move on dari apapun untuk berhenti mengharapkan apa yang bukan miliknya dan tidak semestinya terus-menerus dipikirkan. :)
Masih dengan nuansa ambient bertempo lambat, Rancang Rencana menyambut di lagu kedua. Potongan syair, "Dalam kuingat, suara terdengar, jangan berubah, jangan berubah," seperti mengajak kita untuk menjadi diri sendiri (mungkin) ketika kita sedang akan menyingkap takdir, seperti kata Kunto Aji. Lagu ketiga, Pilu Membiru, adalah lagu patah hati. Cukup menyayat bagi siapapun yang sedang berjuang keluar dari jurang lara. "Tak ada yang seindah bola matamu, hanya rembulan. Tak ada yang selembut sifatmu, hanya lautan". Selamat menyayat diri.
Topik Semalam jika ditilik dari liriknya sebenarnya cukup menggelitik karena.. Yah, mungkin kejadiannya sedang banyak ya di sekitar kita; ada cewek mempertanyakan kejelasan masa depan mereka ke cowoknya, sementara mungkin cowoknya masih punya banyak rencana yang harus diselesaikan. "Jika kau bisa bertahan menungguku di sini, ku pastikan engkau bahagia.." Tampak meyakinkan. Sampai muncul syair, "Kau jangan takut, meski semua masih di kepala". Duarr!
Lagu keempat, my personal favorite, Rehat. Dalam sekali maknanya untuk aku pribadi, apalagi saat didengarkan sambil berkontemplasi, sendirian. "Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu.." adalah sepotong lirik penghibur, "...biarkanlah semesta bekerja, untukmu." penyemangat dan juga pengingat bahwa bagaimanapun dan sebaik apapun yang kita kerjakan, kita tetap harus membiarkan semesta (atau Tuhan) mengambil alih bagian-Nya. Adanya bagian solo piano lepas menit ke 3.10 mengajak kita untuk tenggelam lebih dalam pada ketenangan batin sembari mendengarkan batin yang berbicara pada pikiran, "Wis, ojo ngoyo.."
Bagi para perantau yang sedang berjuang di Jakarta, lagu kelima barangkali sangat bisa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari sejak di pembuka lagu, "Dalam hati aku selalu ingin beranjak pergi. Kota yang sama yang membuatku tegak berdiri. Hingar bingar sudut jalan yang takkan pernah mati. Kota yang sama yang membuatku merasa sepi." Menggambarkan Jakarta, Kunto Aji memainkan dinamika lagu dengan sangat cantik dengan tempo cepat setelah bait pertama dan kembali melembut di akhir.
Konon Katanya, satu lagu yang sudah lebih dulu rilis di akhir 2017, sedikit banyak menggambarkan (atau menampar?) diriku sendiri kalau seandainya aku dengarkan sekitaran 5-6 tahun lalu saat proses pencarian jati diri. Waktu menghadapi early twenties' crisis gitu deh kalau kata orang-orang. Ada yang sedang merasakan juga?
Pertama kali dengar Saudede, yang aku pertanyakan justru arti judulnya sendiri. Berdasarkan hasil pencarian di Wikipedia, Saudede ternyata perasaan nostalgia yang mendalam atau rasa melankolia yang berkepanjangan pada seseorang atau beberapa orang yang merasa kehilangan orang yang dicintainya. BOOM! Meskipun aku pribadi belum bisa mengkorelasikan antara judul dengan liriknya, tapi nomor ini sangat nyaman dan menenangkan saat didengarkan. Akhirnya, album ini diakhiri dengan lagu Bungsu yang tampak seperti lanjutan dari lagu Sulung di awal.
Dari yang aku baca lewat beberapa artikel, ternyata Kunto Aji cukup lama dan detail dalam mempersiapkan album ini. Selain menggandeng empat produser, ia juga berkonsultasi pada psikolog tentang masalah mental yang tidak melulu tentang depresi dan bunuh diri. Pada dasarnya album Mantra Mantra ini utamanya untuk menjaga kewarasan pendengar dan penggemarnya. Di beberapa lagu pun ia sengaja memasukkan frekuensi 396 Hz yang menurut penelitian bisa mengeluarkan racun atau pikiran negatif, sehingga membuat pendengar merasa lebih baik, lebih semangat dan lebih optimistis (hasil baca di sini).
Selamat untuk Kunto Aji, album ini adalah lompatan besar setelah album Generasi Y sebelumnya terutama dari tingkat kedewasaan dan kematangan karyanya. Dan selamat mendengarkan untuk sahabat-sahabatku yang penasaran (klik di sini).