17 June 2018

Cerita untuk Anak Cucu




EidMubarak, everyone!
Wish you got tons of joyful moments with la famille and enjoy this year’s super long holiday to the fullest. Sudah foodcoma kah? Tensi apa kabar? Timbangan sudah naik? Nda papa nda papa, setahun sekali ini kok. Hihihi.

Sama seperti Mba CY yang tahun ini pertama kali merayakan Idul Fitri bersama sebagai suami-istri (baca ceritanya di sini), aku dan Rizal pun menjalani Ramadan dan Idul Fitri perdana. Ternyata ada-ada saja “seni”-nya; Mba CY nggak sholat Ied bersama suami karena suami sedang dinas, kalau saya dan Rizal sama sekali melewatkan sholat Ied karena Rizal demam tinggi sejak malam takbir. 

Jadi ceritanya Rizal sangat excited karena ini adalah kali pertamanya mudik seumur hidup. Selain itu, dia juga nggak sabar bertemu rumah kami yang kalau dihitung-hitung baru sempat kami tinggali berdua selama 2 bulan lamanya sebelum aku dimutasi. Saking semangatnya, H-1 sebelum berangkat Rizal sampai nggak bisa tidur. Persissss seperti anak kecil! Hahahaa

Setelah seharian kerja bakti di udara yang sangat panas, Rizal minta dibuatkan es sirup nata de coco untuk berbuka. Es sirup semangkok agak besar pun habis dibabat dia seorang saking hausnya. Namun ternyata, inilah awal dari petaka. Mungkin karena perubahan suhu yang ekstrim di badan ya, jadi nggak lama setelah maghrib Rizal langsung tepar seketika karena demam tinggi. Kami kira hanya masuk angin biasa karena kaos yang dipakai terbasahkan keringat. Namanya orang Jawa, kalau masuk angin pasti minta dikerokin dan selimutan sampai banjir keringat. Akhirnya setelah dikerokin, Rizal tertidur (meski nggak lelap) lalu menjelang subuh dia terbangun dengan suhu badan yang masih tinggi. Persiapan sholat Ied kami lakukan pelan-pelan sembari menunggu kondisi Rizal agak memungkinkan untuk bangun. 

Akhirnya, jam 6 pagi kami baru berangkat ke rumah orang tua untuk (niatnya) berangkat sholat Ied bersama. Ternyata jalanan sudah super sepi bagaikan kota mati. Keramaian hanya ada di beberapa titik masjid dan lapangan yang kami lewati. Yah, apalah daya.. Ternyata di tahun pertama pernikahan, kami belum diizinkan untuk sholat Ied bersama. 





Well, sebagai new-wife (yang masih amatir, huhuuu), ada beberapa pelajaran yang aku petik dari kejadian ini:
  1. Apapun kondisinya, harus wajib kudu bawa obat-obatan kalau bepergian ke luar kota (apalagi kota kecil) terlebih menjelang Hari Raya seperti ini. Sakit di hari pertama Lebaran rasanya sangat susah untuk mendapatkan obat dengan cepat di pagi hari. Kimia Farma dan Indomaret yang biasanya buka 24 jam pun baru mulai buka jam 10 pagi.
  2. Harus wajib belanja sebelum Lebaran. Paling tidak kita harus punya stok beras, telur, dan mie instan di rumah karena warung-warung makan belum pada buka di hari H dan H+1 Lebaran. Karena aku dan Rizal sempat makan sebungkus mie instan berdua saking laparnya waktu bangun tidur di pagi hari.
  3. Sepingin apapun minum es, jangan minum es langsung setelah terpapar udara panas dalam waktu lama. Sepingin apapun pasangan buka pakai es, jangan dibikinin kalau habis kerja bakti di udara panas. T_T

Meski hampir 2 hari nggak kemana-mana karena menemani suami yang tumbang, tapi aku tetap senang karena alhamdulillah masih bisa pulang dalam waktu yang super lama (12 hari bok!) tanpa dihantui irregularity, telepon dari sana-sini mulai dari request seat, dapo, komplain, dan lain sebagainya yang selama tiga tahun lalu setia “menemani” masa-masa liburku.

Akhir kata aku mengucapkan mohon maaf lahir dan batin, mohon maaf jika ada tulisan yang mungkin menyinggung dan tentunya tidak disengaja (nggak mungkin dong salah kok disengaja:( ). Semoga kita semua panjang umur dan masih bisa menikmati Ramadan di tahun-tahun mendatang. Amiiiin.. 





No comments:

Post a Comment