20 May 2018

Keranjingan Migo

Marhaban yaa Ramadan!
Wah, nggak terasa akhirnya kita bisa kembali menikmati bulan Ramadan (alhamdulillah yah..). Ramadan tahun ini cukup spesial buatku, karena ini kali pertama ber-Ramadan bersama Rizal. Selain itu, tantangan demi tantangan juga muncul di tahun pertama pernikahan kami, salah satunya berpuasa di kota yang "baru". Kami pun harus beradaptasi untuk beberapa hal seperti jam sahur, tempat sahur, dan juga tempat membeli jajanan berbuka (hihi).



Jadi sejak Jumat lalu salah satu teman kos kami ada yang mulai menyewa sepeda listrik bernama Migo. Sebetulnya Migo bukan hal baru sih, karena sejak sekitar 2 bulan yang lalu aku sudah tahu info ini dari Didi yang gemes banget pingin sewa (tapi nggak sewa-sewa, hahaha). Setelah sempat mencicipi rasanya cari sahur dengan Migo pinjaman, akhirnya keesokan harinya aku dan Rizal memutuskan untuk sewa sendiri.




Cara sewanya gampang banget! Ini dia langkah-langkahnya:

  1. Download dulu aplikasi Migo di smartphone kamu.
  2. Lalu, lakukan registrasi nomor telepon, upload foto KTP dan foto selfie kita pegang KTP. Fotonya harus langsung lewat aplikasinya ya, guys. Alias nggak bisa upload lewat galeri foto.
  3. Jangan lupa memasukkan "Invitation Code" punya teman kita yaa (kalau ada). Lumayan shay, bisa dapat tambahan saldo IDR 10ribu! :D
  4. Klik "Submit" untuk diverifikasi oleh admin (agak lupa sih nama tombolnya apa, tapi sebut saja "Submit" yaa, hehehe).
  5. Nggak sampai setengah hari, akan ada WA dari admin Migo yang kasih kabar; perlu diulang atau sudah aktif. Kalau di kasusku kemarin, karena salah memasukkan nomor KTP, aku harus mengulang registrasi sekali lagi. 
  6. Kalau sudah, kita tinggal cari station terdekat, melakukan deposit, dan memilih sepeda listrik.
  7. Tinggal scan barcode yang ada di sepeda, dan.. Tadaaa! Migo Bike siap digunakan. :D


Kiri: tampilan peta station Migo (abu-abu berarti tutup, biru tua berarti buka)
Kanan: tampilan Invitation Code. Boleh loh pakai kodeku waktu registrasi. :D

Migo adalah solusi terbaik terutama di saat puasa Ramadan seperti ini. Rasanya cari sahur dan buka di sekitar kosan jadi lebih mudah dan cepat. Apalagi waktu mendekati jam buka puasa saat jalanan sekitar kosan yang cukup sempit dipenuhi penjaja takjil. Wadaw, bisa senewen kalau cari takjilnya pakai mobil. Selain itu, aku dan Rizal suka sekali pakai Migo untuk ngabuburit atau sekedar "cari angin" setelah makan malam. Selain bentuknya yang unik, sepeda listrik ini juga tidak berisik dan smooth (shock breaker-nya empuk), asik untuk jalan-jalan santai di sekitaran kosan.


Anyway, sewa Migo ini sangat seru dan penuh suka, tapi juga ada dukanya. 

Suka

  • Hemat, apalagi ada promo sampai bulan Juni. Bahkan temanku sempat kena biaya IDR 0 alias gratis. Wow!
  • Keseluruhan prosesnya mudah dan sama sekali nggak berbelit-belit.
  • Admin WA-nya pun ramah dan cepat-tanggap, plus terlihat sabar dari kata-katanya. :3
  • Bentuk dan warna sepeda dan helm yang sangat imut dan menggemaskan bikin semakin semangat untuk jalan-jalan. #penting
  • Bisa dikembalikan di station Migo manapun yang terdekat dengan tujuan atau tempat pemberhentian kita.
  • Ramah lingkungan.<3 li="">
Duka
  • Kalau baterainya habis, pedalnya akan sangat berat untuk dikayuh. Ini terjadi waktu Rizal dan temannya sedang boncengan. Pulang-pulang tepar. Hahaha! Ternyata setelah aku coba sendiri, hal itu disebabkan karena posisi pedal dan jok yang kurang ergonomis; jaraknya terlalu pendek sehingga kaki agak tertekuk dan kurang bisa mengeluarkan kekuatan maksimal untuk menggenjot. Selain itu, joknya cukup lebar kalau dibandingkan sadel sepeda biasa yang bisa membuat paha sebelah dalam jadi gampang pegal.
  • Ukuran sepeda listrik yang imut-imut menyebabkan tidak terlalu nyaman untuk dipakai berboncengan dalam waktu lama. Ujung-ujungnya, pantat pegal dan panas. Haha!

Oiya, untuk baterai sebetulnya ada solusinya. Saat penyewaan kedua kami, Rizal meminta agar charger-nya boleh kami bawa pulang (Rizal kapok nggenjot waktu low-batt apalagi pas di tanjakan hahaha). Dan ternyata "petugas" di station itu super baik dan memperbolehkan kami membawanya. Oiya, jangan dibayangkan station itu seperti halte ya. Di dekat kantor, aku pernah lihat station Migo ada di tempat makan, sementara yang di dekat kosan berada di rumah warga.




Yah, begitulah ceritaku tentang keranjingan Migo. Semoga.. Dengan mudahnya akses mencari sahur dan takjil berkat Migo ini, kualitas puasaku dan Rizal jadi lebih baik. Amiiiin.. 












No comments:

Post a Comment