04 February 2018

Terapi Membaca lewat Aroma Karsa

Berada di tengah padatnya pekerjaan selama delapan jam sehari (yang biasanya lebih) dalam lima hari seminggu, rasanya saat ini sangat sulit menyempatkan waktu untuk sekedar membaca buku. Hiburan-hiburan instan seperti talkshow komedi di TV dan social media hopping jadi pelarian paling nikmat setelah makan malam sampai menjelang tidur. Rasanya "satu minggu satu buku" atau "satu bulan satu buku" adalah gerakan yang terlalu muluk-muluk dan jauh tinggi di angan-angan untuk saya pribadi. Padahal di awal tahun saya sudah pernah menuliskan resolusi 2018 yang salah duanya adalah social media diet dan read real books. Dua resolusi itu berkorelasi. Maksud hati, kalau saya harus mengurangi berselancar di media sosial, maka saya harus mengkompensasinya dengan baca novel. Real books sendiri sih maksud hati ya novel, bukan baca sekedar baca koran apalagi berita online yang isinya singkat-singkat.

Sempat agak bingung gimana cara menunaikan resolusi itu, terutama bagian menggiatkan membaca buku. Saya jarang main ke toko buku. Belum lagi, saya sudah nggak mengikuti perkembangan kesusastraan Indonesia. Alhasil, penulis dalam negeri yang bukunya bagus pun saya nggak tau. Beberapa tahun terakhir ini sebenarnya saya sempat membeli total empat-lima buku berbahasa inggris dan indonesia, tapi saat membaca selalu terdistraksi handphone yang berbunyi sehingga tidak ada satu pun buku yang berhasil tuntas dibaca. Selain itu, mungkin karena terlalu dimanjakan dunia media sosial, saya jadi tidak telaten membaca paragraf panjang. Keadaan ini berbeda sekali dibandingkan saat saya masih SD dan SMP, saat-saat dimana saya dengan mudahnya hanyut dan tenggelam dalam imajinasi saat membaca novel.

Bagai gayung bersambut, sekitar minggu kedua bulan Januari salah satu penulis favoritku dari jaman SMA (atau bahkan SMP?), Dewi 'Dee' Lestari mengumumkan presale buku terbarunya, Aroma Karsa. Kali ini Ibu Suri, panggilan Dee Lestari, tidak langsung merilis hard copy-nya ke pasaran. Beliau lagi-lagi menerbitkannya dalam bentuk cerbung online. Terngiang perasaan hangat setiap kali selesai membaca buku beliau,  dengan harga yang saya rasa sangat terjangkau, saya nggak berpikir dua kali untuk langsung berlangganan. 




Ibu Suri merilis cerbung yang terdiri dari 3-4 bab ini dua kali seminggu, setiap Senin dan Kamis. Ada perasaan gemas saat file PDF sudah tidak bisa di-scroll lagi. Ada rasa penasaran yang akan menghantui dari Senin ke Kamis, dan dari Kamis ke Senin. Ada imajinasi tentang gambaran tokoh-tokoh yang terus membayangi. Dan yang jelas, ada rasa "hanyut" dan "tenggelam" yang saya rasakan selama 20-30 menit saat membaca potongan-potongan Aroma Karsa, perasaan yang sudah lama sekali tidak saya rasakan. Setiap selesai membaca, ada rasa senang dan puas atas kefokusan saya membaca. Ternyata saya bisa, lho fokus membaca meskipun lewat handphone dengan notifikasi-notifikasi chat atau media sosial yang bergantian masuk. 

Saya masih belum mendalami lagi apa yang membuat saya bisa sefokus itu. Bisa jadi karena ceritanya begitu mengalir dan membuat penasaran. Bisa jadi juga karena otak sudah tersugesti bahwa bacaan ini hanya terdiri dari 3-4 bab dan tidak menghabiskan banyak waktu jadi saya bisa mengesampingkan keinginan membuka aplikasi lain. 

Ketika ada tweeps yang mencuit ke Ibu Suri bahwa dia sangat gemas dan tidak sabar karena terbiasa membaca buku 900 halaman lebih dalam waktu kurang dari 72 jam, buat saya Aroma Karsa versi cerbung digital ini adalah terapi membaca. Ini adalah proses saya belajar untuk mengembalikan fokus dan mengembalikan ketelatenan membaca cerita panjang, dan juga menikmati porsi bacaan yang dijatah sang Penulis dengan khidmat dan perlahan tanpa ada rasa khawatir bahwa pembaca lain sudah menuntaskan bukunya (apalagi memberi spoiler). Ini adalah terapi saya untuk mengembalikan salah satu hobi masa kecil yang sempat hilang ditelan media sosial dengan keindahannya yang maha instan.


Terima kasih, Ibu Suri!





4 comments:

  1. Novel ini sudah berseliweran di sosmed, butuh usaha besar untuk menahan diri krn mau beli hardcopy aja. Duh, kuat ga ya? Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah semua ada konsekuensinya kok, kalau mau beli hardcopy harus sabar nunggu release-nya. Kalau ngikutin cerbung, harus SUPER SABAR BANGET (maafin capslock jebol) waktu ceritanya bersambung pas lagi seru-serunya. :))

      Delete
  2. Situasi yg sama..
    Tertarik dgn aroma karsa berkat sinopsisnya yg cemerlang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ceritanya pun nggak kalah cemerlang sih kalau menurut aku. Worth to read banget. :D

      Delete