23 December 2017

Lebih empat puluh hari

Jujur sih, beberapa celetukanku, beberapa gaya bercanda dan gaya nyamberin orang-ku itu terpengaruh dari kamu atau bahkan mengkopi kamu.

Ya, sejujurnya memang sebegitu berpengaruhnya kamu di hidupku.

Kita memang jarang ketemu. Jarang banget. Apalagi setelah lulus kuliah. Bahkan sudah sejak pisah kelas dan kembali ke jurusan masing-masing pun kita jarang ketemu.

Tapi paling enggak, entah seminggu sekali, dua minggu sekali, kapanpun itu, setiap ada artis, orang aneh, temen kuliah *ups*, bahkan apapun yang perlu dikomentarin, pasti kamu orang pertama yang aku bagi. Kenapa ya, kayak.. Tanggapanmu pasti khas banget! Selalu ngakak, komentar nggak-penting-tapi-penting, bahkan sampe nyinyir berjamaah.

WhatsApp Image 2017-12-22 at 22.27.53


Siapapun yang ketemu kamu, percaya atau enggak, pasti kebawa rame (padahal kan aku anaknya pendiem banget gitu kan). Kamu itu selalu bisa menceriakan suasana. Masih inget setiap jalan sama kamu di kampus pasti adaaa aja yang nyapa dan kamu pasti tanggepin dengan heboh, sambil dadah-dadah dengan jari2 “imut” itu (kalo ngga mau dibilang buntek wkkk). Bahkan waktu kamu main ke rumah, komentar mama, “orangnya cuma dua tapi ramenya kayak pasar”. Hahahaa

WhatsApp Image 2017-12-22 at 22.27.53(1)

Sekarang, aku cuma bisa mendem sendiri setiap nemu apapun dan siapapun yang pernah kita bahas dulu. Juga atas hal-hal aneh yang baru aku temukan. Iya, mending mendem daripada ceritain ke orang selain kamu. Ekspektasiku terlalu tinggi ke orang lain, bahwa ternyata nggak ada orang lain yang bisa menanggapi ceritaku sama seperti kamu. Rasanya anti-klimaks setelah cerita sama orang lain. Beda.



Kamu itu hebat. Nggak hanya satu-dua orang aja yang pasti merasa kehilangan. Bisa jadi puluhan bahkan ratusan. Dan aku yakin, semua pasti menceritakan hal yang sama tentang keceriaanmu, kejahilanmu,energimu, kamu yang menyenangkan..

Kamu itu hebat. Kamu yang sangat amat cablak, bodor, jahil, tapi jadi salah satu yang pertama jadi ibu; ibu yang hebat, yang mau dan rela berkorban supaya anaknya bisa ASI eksklusif, ibu yang selalu belajar dan nggak malu tanya kesana kemari. Dan juga, istri yang manut banget sama suaminya.

Magfirah Kritantya Mutia Ariefina,

Thank you for being one of a few college best friends of mine.

Thank you for being an inspiration.

You’ll forever be missed.

We love you, I love you.





Sign_small

No comments:

Post a Comment