Akhir bulan nanti, aku dan Rizal akan merayakan mensiversary kami yang keenam. Kadang waktu ngobrol kami bertanya ke satu sama lain, “Kita beneran udah nikah, nih?” Karena memang rasanya prosesi pernikahan itu kayak mimpi. Kalau kita bangun rumah, berbulan-bulan atau bertahun-tahun, pasti ada wujud yang bisa kita tinggali dan nikmati sampai lama. Tapi kalau pernikahan, persiapan berbulan-bulan, akan kita nikmati hanya dalam waktu sehari dan dikenang dalam bentuk foto. Nggak kaget kalau banyak pasangan mulai mengabadikan momen pacaran mereka lewat pre-wedding photo, yang nantinya juga akan dipajang di tempat pernikahan.
Sayang seribu sayang, aku dan Rizal bukan tipikal orang yang bisa bergaya dengan luwes di depan kamera. Jadi, mengabadikan momen pacaran lewat pre-wedding photo sudah jelas dicoret dari to-do list kami. Dulu sih sempat punya keinginan difotoin sama Dhea dan Laras, sahabat SMA-ku, dengan pertimbangan kalau difotoin teman dekat, suasana jadi lebih santai dan kami bisa lebih "enjoy the session" (hazek). Apalagi kami tumbuh dan berkembang bersama sejak remaja, taste dan konsep foto pasti jadi masalah kecil dan tinggal eksekusi. Namun.. Rencana tinggal lah rencana manakala (((manakala))) Dhea dan Laras sama-sama berangkat S2 ke luar negeri di saat yang hampir berbarengan. Hiks.
Akhirnya, aku mengonsep pernikahan tanpa foto pre-wedding dan menggantinya dengan lukisan wajah. Sekitar H-2 bulan aku mulai mengontak salah satu kakak kelas SMA yang super jago lukis, Mas Rio, yang saat itu sedang persiapan tugas akhir di ISI. Sebetulnya cuma modal kirim foto kita lewat Line, Mas Rio sudah bisa mengeksekusi lukisan sesuai yang kita minta. Waktu itu permintaanku adalah perpaduan antara realis dan surealis menggunakan media cat air, dengan tone yang cukup cerah tanpa meninggalkan ciri khas utama lukisan ala Mas Rio yang memiliki kesan agak mystical. Tapi karena kesibukan masing-masing, akhirnya saya baru setor foto H-2 mingguan. Itu pun sempat ganti foto di sekitaran H-seminggu untuk mendapatkan hasil yang lebih detail. Well, bukan Bintang namanya kalau bukan deadliner. Pun hasil akhirnya pun baru selesai dan diantarkan ke hotel (yang kebetulan bersebelahan dengan venue) di H-1 malam hari karena posisi cat air yang baru kering, hahaha.
Ini dia penampakan lukisan wajah kami dengan ukuran 20RS atau 50 x 75 cm yang sampai detik ini masih belum dipasang di tembok.
Untuk piguranya sendiri aku pesan di daerah perempatan Sagan, sekitar H-2 dan minta jadi H-1 pernikahanku. Super mepet yhaaa, syukurlah semesta masih berpihak ke si Deadliner kali ini sehingga semua bisa selesai tepat waktu dan sesuai harapan.
Mas Rio menambahkan headpiece berupa flower crown untukku dan twig crown untuk Rizal untuk kesan yang lebih maskulin.
Mas Rio juga melukiskan bunga-bunga yang tampak seperti terbang keluar dari motif bajuku. Gemas sekaliii..
Aku suka sekali dengan sentuhan detail yang diberikan Mas Rio. Mulai dari lukisan wajah yang sangat mirip (bahkan aku merasa lebih cantik dalam lukisan, hahaha), sampai detail gradasi pewarnaan di rambut, pakaianku, di dedaunan yang super banyak di sekitarku dan Rizal, di headpiece, sampai kesan vintage pada kertas gulung sehingga tampak seperti perkamen. Selain itu, finishing bercak dari efek watercolor ini benar-benar membuat aku jatuh cinta.
Tertarik? Kamu bisa cari Mas Rio di Facebook dengan nama Rio Kurnia (atau klik disini) atau add Line ID "Rio Kurnia".
Jangan lupa yah, persiapkan semuanya jauh-jauh hari dan jangan jadi deadliner seperti saya kalau nggak kuat sport jantung.
Ciao!