Pelalawan, Riau.
Bukan nama yang terlalu familiar saat pertama kali saya, bahkan mungkin kamu, pertama kali mendengarnya. Berjarak 2-3 jam dari Pekanbaru, desa kecil ini terletak tepat di tepi Sungai Kampar dengan jalan yang dipenuhi pohon kelapa sawit di kanan-kiri ketika kita menuju kesana. Desa yang cukup tenang, dengan paginya yang dingin, dan malam yang seringkali bertaburkan bintang. Indah.
17:15 kurang lebih di setiap harinya, listrik baru akan mengalir ke setiap rumah yang ada di Desa Pelalawan. Anak- anak dengan riang akan segera menuntaskan permainannya di luar rumah, berlari masuk, menyalakan televisi, dan duduk manis di depannya hingga kadang membuat jengkel sang Ibu yang menyuruh mereka mandi berkali- kali.
Menjelang jam 12 malam, sang Ibu sudah bersiap tidur setelah puas menonton sinetron yang bahkan di rumah sangat kita hindari dan kita cibir. "Ternyata masih ada pasarnya," pikir kami. Kemudian ia pun menyalakan lampu minyak di beberapa titik, sebagai persiapan agar malam kami tidak begitu gelap. 00:30 listrik kembali padam.
Kehidupan di Pelalawan sungguh tenang. Siang hari berlalu tanpa distraksi suara yang memekakkan telinga dari penyiar infotainment centil yang ngerumpi tentang gosip seleb, berita siang berisi politik dan korupsi, berita cere- cere tentang kejahatan, pemerkosaan, perampokan, dan segala hal negatif yang selama ini kita saksikan siang hari, di kota. Ayah dan ibu memasak bersama. Ayah membantu mengangkat jemuran yang sudah kering. Ibu memarahi anak yang kelewat manja sedangkan sang Ayah menenangkan tangisannya. Malam hari, anak- anak menonton sinetron anak yang meskipun ada bagian yang tidak masuk akal tapi cukup menghibur. Simple life leads to happy living.
Saya memang bukan orang yang taat. Namun lewat posting panjang berbahasa ibu ini, saya berdoa bagi anak- anak dan pemuda- pemudi di sana. Agar mereka terlindung dari berbagai fitnah, terus berkembang, menjadi kreatif, dan selalu berada di bawah persahabatan erat diantara mereka sendiri agar dapat saling menjaga satu sama lain. Maafkan kami, terutama saya, yang belum bisa berkontribusi banyak bagi daerah kalian. Sebulan yang penuh nostalgi, semoga saya dapat menyelesaikan apa yang belum tuntas di sini agar dapat membawa perubahan barang sedikit bagi Pelalawan.
Dengan perasaan rindu yang mendalam pada rumah, suasana desa, dan teman-teman-serumah unit 108 KKN,
Yogyakarta, 14 Agustus 2012