22 March 2013

21

Sama seperti hari-hari biasa, tidak ada beda.
Mama yang sengaja tidak mengucapkan selamat, pun bapak yang ternyata benar-benar lupa. Kami bertiga berada di tiga kota berbeda.
Beberapa ucapan melalui pesan singkat dari teman, juga ucapan melalui sosial media. Tak lupa mereka yang mengucapkan secara langsung.
Kebahagiaan sederhana saat bisa makan malam bersama pacar ditengah kesibukannya, di sebuah rumah makan ala Thailand favorit saya.


Inilah ulang tahun yang saya rasa paling dewasa. Tanpa pesta kejutan, kue ulang tahun beserta lilin-lilin, pun hadiah. Sama seperti ekspektasi yang saya bayangkan di hari-hari sebelum usia berubah menjadi 21. Tidak lagi memiliki perasaan gugup membayangkan seperti apa kehidupan di kepala dua.

Umur yang lalu, dalam setahun yang berlalu. Emosi dan kebencian adalah satu paket besar yang perlu di-highlight untuk kemudian dibuang. Tidak ada makna yang bisa diserap hati kita untuk sebuah kebencian, saya sadari. Ibu pun sedari saya kecil selalu mengajarkan untuk berbuat baik kepada siapa pun, bahkan pada orang-orang yang telah menyakiti hati kita. 

Seringkali emosi menyingkirkan logika. Pun melenyapkan pesan ibu pada saya, yang sebetulnya telah terpatri di memori. Orang yang telah berbaik hati pada saya, saya benci begitu saja. Kadang saya yang terbiasa positive thinking ini pun sering kecolongan membenci orang yang berbuat baik pada saya, dan bahkan tidak memiliki prasangka apapun pada saya. Lebih parahnya, dengan orang-orang tersebutlah pada akhirnya saya harus bekerjasama. Selalu, begitu cara Tuhan mengingatkan saya untuk tidak membenci siapapun.



Perjalanan di tahun ke 20 yang lalu banyak dihiasi letupan emosi. Kunci kesabaran yang sering hilang perlu banyak diduplikat untuk menggembok kebencian terutama agar tidak serta merta keluar dari mulut ke sembarang orang. Belajar 'ekspresif yang bertanggungjawab'.


Ini merupakan kontemplasi tahunan berupa tulisan. Harapannya, setelah di-publish, beberapa pemikiran yang telah ditulis dan diketahui banyak orang ini bisa dijadikan janji diri. Semoga di usia mendatang, kebencian apapun yang ada dalam hati saya perlahan-lahan memudar lalu hilang. Jangan mempersulit diri sendiri dengan membenci orang yang tidak berprasangka apapun pada kita, bahkan pada orang-orang tidak memberi kontribusi apapun pada hidup kita.

Semoga saya bisa menjadi orang yang selalu berpikiran positif seperti sedia kala. Dengan tambahan, kewaspadaan dan kedewasaan. 



Untuk sebuah tulisan yang lama mengendap di draft, untuk usia kedepan tanpa kebencian, untuk umur yang lebih dewasa untuk mengambil segala keputusan....

Cheers! :)


Dengan lantang saya ucapkan BYE pada reminder iseng yang dibuat setahun lalu ini.


3 comments:

  1. HAHAHAHA KOK ENDINGNYA ANTI KLIMAXXX. Kamu wisuda kapan aja aku tetap I love you kok bon :*

    Btw tulisannya bagus banget. Membuat aku merenung. Dipikir2 aku juga banyak membenci orang yang sebenarnya mereka tidak jahat sama aku, cuma terpengaruh omongan teman2. Atau kadang, ngomongin gaya pakaian orang, padahal siapa kita? Ruginya kita apa mereka begitu? Ga ada sebenernya. Aku merasa hina (jijik bahasanya haha) karena selalu saja mengkomen/ngomongin orang. Kayaknya mulai dari sekarang aku mau menerapkan mind your own business deh. Makasih bon tulisannya udah mengetuk otak aku :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. BAHAHAHA biasalah suuun postingan mahasiswi lanjut usia kudu disertai hawa-hawa deg-deg-an-mau-lulus-kapan :)))
      Alhamdulillah, puji syukur tulisanku bisa menginspirasi orang. Tinggal mempercantik diri terus taken kontrak sama MetroTV gantiin Mario Teguh. :') Mind our own business will make everything simple simpler. :p

      Delete
    2. kalo sebel malah makin sering ketemu yah? cup cup :<

      Delete